Meniru Desain Iklan Slot Queen of Bounty, Pemuda Ini Pelan-Pelan Belajar Otodidak Jadi Desainer Lewat Screenshoot Visual Scatter dan Warna-Warna yang Menarik di Setiap Tampilan

Rp. 10.000
Rp. 100.000 -90%
Kuantitas

Awalnya Hanya Main Game, Eh Malah Terpikat Desainnya

Pernah nggak sih, kamu lagi asyik main game terus tiba-tiba malah fokus ke hal yang nggak ada hubungannya langsung sama gameplay-nya? Nah, itulah yang dialami Dimas, seorang pemuda 22 tahun dari Semarang. Awalnya dia cuma iseng main slot game Queen of Bounty, bukan karena doyan judi atau apa, tapi karena temennya bilang visualnya keren.

Yang bikin Dimas kepincut bukan soal menang atau kalah, tapi tampilan iklannya. Tiap kali scatter muncul atau muncul animasi big win, matanya langsung tertarik sama kombinasi warna, gerakan, dan komposisinya. “Gila, ini yang bikin pasti jago desain banget,” katanya waktu itu. Dan dari rasa kagum itulah, Dimas mulai mikir: gimana kalau dia coba pelajari dan bikin desain kayak gini juga?

Screenshot Jadi Guru Pertama

Dimas nggak punya latar belakang desain. Dia bahkan nggak ngerti istilah-istilah kayak grid, color grading, atau typography. Tapi satu hal yang dia punya: rasa penasaran. Jadi setiap kali lihat tampilan yang menurutnya menarik di game Queen of Bounty, dia screenshot. Kadang hasilnya blur, kadang potongannya nggak pas, tapi buat Dimas itu kayak potongan puzzle yang bikin dia makin semangat.

Setiap malam sebelum tidur, dia buka galeri screenshot-nya dan mulai membandingkan satu tampilan dengan yang lain. “Kenapa warna merah di scatter ini beda feel-nya sama yang satu lagi, padahal sama-sama merah?” Dari situ, dia mulai belajar pakai aplikasi desain gratisan kayak Canva, terus naik level ke Photopea, sampai akhirnya kenal sama Figma dan Adobe XD.

Meniru Dulu, Paham Belakangan

Dimas nggak malu untuk bilang kalau awalnya dia cuma ‘meniru’. Tapi bukan meniru asal copy-paste ya. Dia benar-benar bedah satu-satu: gimana posisi tombol, kenapa background-nya blur, kenapa teksnya glow, dan seterusnya. Dia bahkan bikin folder khusus di laptopnya bernama “Belajar dari Scatter.”

Setiap minggu, dia target bikin satu desain yang “terinspirasi” dari tampilan Queen of Bounty. Hasilnya dia posting di Instagram pribadi, awalnya cuma dapet like dari temen-temen deket. Tapi karena konsisten, makin lama ada juga desainer beneran yang kasih feedback. Dari situlah dia mulai ngerti istilah seperti visual hierarchy atau focal point—semua dari komentar orang-orang yang lebih dulu paham.

Visual Scatter dan Dunia Warna yang Mengubah Cara Pandangnya

Ada satu hal yang Dimas tekankan saat cerita: dia jatuh cinta sama “visual scatter.” Itu lho, animasi dan efek waktu simbol scatter muncul di game slot. Buat orang biasa mungkin cuma efek bling-bling, tapi buat Dimas itu kaya komposisi sinematik mini. Dia perhatikan detil-detil kecil kayak percikan emas, partikel debu, bahkan timing munculnya cahaya.

Dari situ, dia mulai belajar soal psikologi warna. Kenapa warna emas bisa bikin orang merasa excited? Kenapa ungu sering dipakai buat efek misterius? Dia banyak baca, nonton video, tapi tetap pendekatannya visual dulu, teori belakangan. “Kadang yang penting bukan ngerti teorinya, tapi tahu rasanya,” begitu katanya.

Belajar Tanpa Kursus, Tapi Punya Jadwal Rutin

Yang unik dari Dimas, meski dia otodidak, dia tetap bikin sistem. Setiap hari dia luangin waktu satu jam buat eksplorasi desain. Bukan belajar teori, tapi benar-benar eksplor—nyobain kombinasi warna, bikin ulang UI dari game, atau remix tampilan iklan jadi bentuk baru. Dia sebut itu “jam terbang rasa.”

Dia juga punya kebiasaan aneh tapi manjur: sebelum mulai desain, dia buka folder screenshot-nya dan lihat satu gambar acak, terus bikin desain baru berdasarkan gambar itu. Kadang hasilnya ngaco, tapi kadang juga nemu kombinasi yang keren. Buat Dimas, ini kayak latihan otot kreatifitas.

Dari Iseng-Iseng Jadi Freelancer Desain

Waktu pandemi berakhir, Dimas coba-coba daftar di beberapa platform freelance. Awalnya ngirim portofolio desain yang dia buat dari inspirasi Queen of Bounty. Nggak langsung dapet klien sih, tapi ada satu orang yang tertarik dan akhirnya kasih proyek kecil—desain banner game mobile.

Dari situ, pelan-pelan Dimas mulai dikenal di komunitas desain indie. Dia sering diajak kolaborasi untuk proyek kecil, bahkan sempat bantu satu startup bikin landing page game mereka. “Lucunya, kadang desain yang paling banyak dikomentarin itu yang terinspirasi dari iklan scatter slot,” katanya sambil ketawa.

Refleksi: Bakat Itu Bonus, Tapi Rasa Penasaran Itu Kunci

Kalau ada satu hal yang bisa dipetik dari kisah Dimas, mungkin ini: kadang kita nggak butuh semua alat canggih atau pendidikan formal buat mulai sesuatu. Yang dibutuhin cuma satu: rasa penasaran. Dari situ, semuanya bisa tumbuh. Skill bisa dipelajari, tools bisa dicoba-coba, tapi kalau nggak ada rasa penasaran, semua bakal mandek di tengah jalan.

Dimas sekarang masih belajar, dan dia nggak merasa udah jago. Tapi dia udah ngerasa nyaman dengan prosesnya. “Gue nggak nyangka, dari liatin scatter di slot game bisa bikin gue punya karier baru,” katanya. Dan itu jadi pengingat buat kita semua: kadang jalan hidup kita datang dari hal-hal paling nggak terduga.

@MPOSAKTI