Pernah dengar suara orang tua yang ngobrol ngalor-ngidul sambil main game? Kadang nyebelin, kadang lucu, tapi kadang juga... inspiratif. Ini kisah tentang Bagas, seorang remaja kampung dari Magelang yang nggak pernah kepikiran bakal jadi konten kreator. Ia nggak punya latar belakang broadcasting, nggak pernah ikut pelatihan public speaking, apalagi ngerti soal algoritma media sosial. Tapi sekarang, videonya sering lewat di FYP, gayanya yang lugu tapi mengena bikin netizen ketawa sekaligus mikir. Dan semuanya bermula dari satu hal sederhana: cerita-cerita Pakde saat main slot Caishen Wins.
Pakde dan Suara Serak yang Jadi Mentor Tak Resmi
Pakdenya Bagas bukan siapa-siapa di dunia maya. Di dunia nyata pun, dia hanya seorang pensiunan yang senang nongkrong di warung kopi sambil nyalain HP butut dan main slot. Tapi kalau udah duduk di kursi plastik dan buka game Caishen Wins, suaranya bisa ngalahin komentator bola. “Wes, wes, Caishen e metu iki! Nah, nabrak sing liong, menang akhire!” katanya dengan nada dramatis, padahal cuma menang recehan. Tapi dari situlah Bagas belajar sesuatu yang selama ini nggak dia sadari: cara bercerita.
Bukannya disuruh atau diajari langsung, tapi Bagas sering mendengarkan. Awalnya cuma iseng, tapi lama-lama ia mulai memperhatikan pola. Gimana Pakdenya bikin jeda, kapan suara dinaikkan, gimana ekspresi emosi muncul dari kata-kata spontan. Di situ dia sadar, public speaking itu nggak harus kaku. Kadang justru yang bikin nyantol di hati orang adalah cara ngomong yang natural, jujur, dan penuh rasa.
Langkah Pertama: Merekam dengan Suara Sendiri
Setelah cukup lama jadi “pendengar pasif”, Bagas mulai coba-coba. Modal HP seadanya, dia rekam dirinya sendiri sambil main game slot yang sama. Tapi bukan buat pamer jackpot, melainkan buat nyoba gaya ngomong ala Pakde. Awalnya canggung. Suaranya sendiri terdengar aneh di telinga. Tapi Bagas tetap lanjut. Dia rekam terus, dengerin lagi, perbaiki dikit-dikit. Kadang ditambahin logat khas kampung, kadang pakai istilah gaul yang dia dengar dari teman-teman nongkrong.
Postingan pertama yang dia unggah cuma ditonton 80 orang. Tapi komentar yang masuk bikin dia semangat. “Wkwk, ini kayak suara tetangga gue kalau lagi emosi pas kalah judi,” tulis salah satu netizen. Dari situ Bagas sadar: bukan soal menang atau kalah di game-nya, tapi soal suasana dan cerita di baliknya.
Konsistensi dan Gaya Bicara yang Gak Dibikin-bikin
Bagas nggak langsung viral. Tapi dia konsisten. Setiap hari, dia sempatkan waktu buat rekam, edit, dan unggah. Bukan karena pengen terkenal, tapi karena dia menikmati prosesnya. Gaya bicaranya makin lama makin matang, tapi tetap sederhana. Dia nggak sok bijak, nggak pakai istilah ribet, dan nggak pernah lupa menyelipkan sedikit candaan. Kadang malah curhat soal ayam tetangga yang ribut pas subuh, atau ibu kos yang suka ngagetin karena ngetuk pintu dadakan.
Justru karena itu, penontonnya merasa dekat. Mereka nggak merasa sedang nonton seleb internet, tapi teman kampung yang lagi cerita. Di kolom komentar, banyak yang bilang kalau suara Bagas mengingatkan mereka pada keluarga atau suasana rumah. Ada juga yang mengaku nonton videonya buat ngilangin stres karena merasa “ditemani” oleh cerita-ceritanya.
Ketika Slot Jadi Medium, Bukan Tujuan
Uniknya, Bagas nggak pernah menjadikan game slot itu sebagai inti kontennya. Dia nggak ngajarin cara menang, nggak promosiin situs, bahkan sering bilang, “Ini cuma hiburan, jangan dianggap serius.” Buat dia, slot cuma latar belakang. Yang utama adalah cerita. Dan justru pendekatan ini yang bikin dia beda. Di saat banyak konten kreator fokus cari cuan dari game, Bagas malah fokus pada gaya bicara dan keterhubungan emosional dengan penonton.
Suatu hari, salah satu videonya viral besar. Ceritanya soal Pakde yang kecewa karena Caishen Wins “ngambek” alias nggak ngasih bonus. Tapi yang lucu, Bagas nyelipin cerita soal mie rebus yang overcooked gara-gara keasyikan nonton animasi kemenangannya. Video itu ditonton lebih dari 3 juta kali dalam seminggu, dan sejak itu followers-nya meledak.
Refleksi: Dari Cerita Receh ke Pelajaran Berharga
Kisah Bagas bukan tentang keberuntungan. Bukan juga soal siapa yang punya alat paling canggih atau studio paling keren. Ini soal mendengarkan, meniru dengan rasa, dan terus mencoba. Kadang, kita terlalu sibuk cari cara belajar public speaking dari buku tebal atau seminar mahal. Padahal, inspirasi bisa datang dari suara serak Pakde yang lagi main game di sore hari.
Yang bikin Bagas sukses bukan cuma suaranya, tapi ketulusan dan konsistensinya. Dia nggak mencoba jadi orang lain, tapi dia belajar jadi versi terbaik dari dirinya sendiri. Dan itu pelajaran paling penting dari semua ini: bahwa setiap orang punya suara, dan suara itu bisa jadi kekuatan—kalau kita mau mendengarkan, berproses, dan percaya sama diri sendiri.
Jadi kalau kamu sekarang lagi bingung mau mulai dari mana, mungkin jawabannya ada di sekitarmu. Siapa tahu, suara orang terdekatmu—yang selama ini kamu anggap biasa—justru bisa jadi pintu masuk menuju sesuatu yang luar biasa.